Senin, 27 September 2010

Cerita Pendek Tahapan Pertemuan (Jodoh) Serta Upacara Pernikahan Menurut Adat Jawa


Proses perjodohan dan pernikahan adalah suatu langkah yang sangat penting dalam kancah kehidupan membina keluarga yang sakinah, mawadah dan warrohmah. Di dalam tata alam proses tersebut haruslah memenuhi angger-angger (ketentuan) syah yang telah ditetapkan oleh tradisi budaya turun temurun (budaya dari kakek moyang) agar mengandung nilai-nilai sakral. Di zaman yang modern ini upacara pernikahan tidak semata meninggalkan tradisi kehidupan lama menuju episode yang baru di dalam budaya masyarakat, melainkan menjadi penegasan akan budaya lama itu, dengan perpaduan antara budaya kuno dengan sesuatu yang modern, di dukung sarana prasarana dan peralatan yang canggih serta tehnologi modern maka budaya tersebut tetap bisa kita rasakan betapa sakralanya. Bagi kebanyakan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur dan DIY tahapan pertemuan (perjodohan), penyediaan perlengkapan hingga upacara
pernikahan biasanya akan memakan waktu tidak kurang dari 3(tiga bulan). Berikut adalah 10(sepuluh) tahap yang perlu di lalui:

  1. Ndeleng / Melihat dengan seksama. Melihat dari dekat keluarga wanita yang sesungguhnya, hal ini dilakukan oleh seorang Jalaran (wakil atau utusan dari keluarga pria). Jalaran akan berusaha mengenal lebih jauh wanita yang di inginkan serta keluarganya dan sebaliknya bagi orang tua wanita, kedua belah pihak akan saling memperkenalkan lebih lanjut membicarakan maksud dan tujuan pernikahan.
  2. Meminang. Ketika tahap Ndelengi berakhir maka diteruskan dengan langkah selanjutnya yakni meminang. Apakah wanita yang di pilih oleh calan mempelaki pria itu sudah cocok, sesuai dengan kriteria  pilihanya, hal ini tentu akan memakan waktu beberapa hari dimana bagi orang tua harus memperhitungkan banyak hal diantaranya adalah Bibit, Bebet dan Bobot. Anggaplah semua persyaratan yang di inginkan telah dapat terpenuhi maka, melaui Jalaran tadi pihak calan mempelai pria mematangkan rembuk atau memberikan kepastian kepada orang tua wanita bahwa rencana perjodohan itu dapan dilakukan, proses meminang ini di dalam budaya jawa di sebut: ‘Ngembun-embun enjang anjejawah sonten’.
  
  1. Peningsetan. Di era modern ini istilah Peningsetan bisa juga di sebut dengan Tukar Cincin, tetapi pda pelaksanaanya tidak berarti kedua belah pihak menukar cincin, melainkan calon mempelai pria membuat sepasang cincin kawin, yang lazim cincin ini dibuat dari emas lalu di acara peningsetan ini pihak pria memberikan satu cincin serta pakaian wanita lengkap yang sekaligus menjadi simbul atau pengikat antara kedua belah pihak, hal ini bisa juga di maknai sebagai pengikat janji akan dilangsungkanya pernikahan dan biasanya ini juga akan berfungsi memagari diri. Lalu mengapa cincin kawin harus di bikin dengan logam emas? Seperti kita ketahui emas adalah jenis logam yang paling kuat, tidak mudah pudar, tidak mampu tergores oleh logam maupun benda lain, tidak akan luntur oleh sembarang benda cair dan tidak akan mudah meleleh. Hal ini mengandung arti bahwa keteguhan cinta kasih mereka sekuat emas yang takkan luntur di terjang badai, takkan pudar sampai akhir zaman.

  1. Srah-srahan (Menyerahkan barang-barang). Apabila hari pernikahan yang telah ditentukan dan di sepakati oleh kedua belah pihak telah dekat maka pihak laki menyerahkan  barang-barang, alat rumah tangga dan sejumlah uang kepada pihak perempuan, hal ini tujuanya untuk membantu pihak wanita memenuhi kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan hajad, sedangkan alat-alat rumah tangga diberikan sebagai modal awal calon pasangan tersebut dalam membina keluarga baru. Srah-srahan ini biasanya dilakukan di rumah calon istri dengan di saksikan oleh keluarga dan kerabat dekat.

  1. Pingitan Satu minggu menjelang hari pernikahan calon mempelai wanita dilarang untuk keluar rumah apalagi bepergian ke suatu tempat yang jauh, segala kebutuhan yang ia perlukan akan di usahakan oleh orang tua maupun keluarga, calon mempelai hanya tinggal meminta barang-barang apa yang di butuhkan dalam rangka pernikahan nanti. Selama masa pingitan calon mempelai wanita bahkan di sarankan untuk berpuasa dan memanjakan dirinya dengan cara melulur badanya dengan ramuan khusus, Spa, begitu anak jaman sekarang menyebut, pedicure dan manicure dll.

  1. Tarub (Tenda). Pada zaman dahulu resepsi pernikahan umumnya di laksanakan di rumah calon mempelai wanita dan bukan di gedung-gedung atau aula, untuk itu tiga hari menjelang hajadan / resepsi pernikahan maka syaiful hajad akan mempersiapkan tempat, membuat tarub, memperluas halaman rumah bahkan tidak jarang mereka harus merubah tatak letak ruang rumah demi membuat suasana menjadi edi/indah, mempersiapkan kamar khusus yang indah untuk calan mempelai lalu menghiasi sasana rumah dengan hasil tanam seperti pisang raja, kelapa gading, tebu, andong puring (obyong-obyong), menghiasi kerun (gerbang utama) dengan dekorasi janur kuning yang telah di buat sedemikian rupa dan di pasang melengkung di pintu gerbang tempat hajad akan dilaksanakan.

  1. Siram & Malam Midodereni. Sehari menjelang hari H, calon mempelai wanita di perlakukan layaknya seorang bidadari yang segala gerak geriknya serba terjaga di ladeni (di layani) oleh para dayang-dayang serta keluarganya, dilaksanakan upacara siram jamas (mandi keramas) dengan air kembang oleh orang tertentu yang telah di percaya oleh keluarga, siraman atau mandi ini bertujuan untuk membersikan calan mempelai wanita dari segala bentuk kotoran sehingga pada saatnya ijab pernikahan tiba calon mempelai bersih secara jasmaniah maupun rohaniah.

  1. Ijab Khobul. Sampailah pada inti pokok acara yakni ijab khobul, kedua calon mempelai telah siap beserta kedua calon besan atau wali nikah, sesaat setelah petugas pencatat pernikah dari Departemen Agama setempat hadir maka acara pernikahan segera di laksanakan. Diawali dengan pengecekan dokumen-dokumen yang di perlukan seraya petugas menanyakan langsung akan kebenaran data-data kedua calon mempelai termasuk menanyakan kepada calon mempelai pria tentang jenis dan besaranya benda / barang yang akan diberikan kepada calon mempelai wanita sebagai mas kawin atau mahar. Lengkap sudah semua persayratan, dengan di bimbing oleh petugas dari Departemen Agama, ayah atau wali dari calon mempelai wanita menikahkan putrinya, mengingat hal ini adalah puncak acara dari rangkaian proses pernikan maka tidaklah aneh jika semua keluarga, kerabat dan teman ingin bersama-sama menyaksikan acara tersebut. Setelah Ijab khobul maka petugas menyatakan bahwa kedua insan tersebut telah syah sebagai pasangan suami isteri baru berdasarkan hokum agama dan hokum Tata Negara yang berlaku, pada kesempatan ini untuk memecahkan ketegangan biasanya pak penghulu memberikan wejangan kepada mempelai berdua yang lucu dan memukau sehingga membuat gelak tawa bagi keluarga yang menyaksikan. ‘Mulai saat ini PR-nya sudah bisa di buka dan di kerjakan mas, sudah halal, tapi ya jangan sekarang, tunggu petugas pulang dulu’ kata pak petugas lirih, geeerr, sontak keluarga dan para tamu tertawa bahagia. Dengan demikian acara ijab selesai orang tua, sesepuh, para sepuh memberikan salam doa restu & selamat kepada mempelai berdua di ikuti oleh kerabat dan rekan sejawat.

  1. Panggih (Bertemu). Tahapan berikutnya adalah upacara Temu Pengantin, upacara temu ini biasanya kedua mempelai di dandani dengan busana raja dan ratu serta diperlakukan layaknya seorang raja dan permaisuri, saat kedua mempelai sudah berhadapan dengan di ikuti oleh sanak saudara maka kedua mempelai saling melempar gantal  (gantal terbuat dari lembaran daun sirih yang di gulung dan di ikat dengan benang puti), menginjak wiji dadi (telur ayam) dan dilanjutkan dengan mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria dengan air kembang setaman, yang kesemua itu tentu mengandung maksud dan tujuan yang luhur. Lantas ayah dari mempelai wanita mengendong kedua mempelai dengan menggunakan kain sindur untuk di bawa kea arah pelaminan yang telah disiapkan sedemikian rupa, sebelum akhirnya mempelai berdua di dudukkan di pelaminan maka setelah menggendong ayah akan memangku kedua mempelai / menimbang, yang mengandung arti bahwa; nilai keduanya telah timbang, sama, serasi dan selaras, ketika kedua mempelai masih dalam pangkuan sang ayah mereka di berikan dahar kembul (makan sepring berdua) saling menyuapi, setelah itu sebagai rasa terima kasih kpd orang tua yang telah berhasil mengantarkan mereka sampai pada kehidupan berumah tangga maka, kedua mempelai sungkem memohon restu kepada ayah & ibu. Fase sungkeman selesai lalu mempelai berdua di dudukkan di pelaminan di dampingi oleh para dayang serta kedua besan bersanding di samping kanan dan kiri untuk menerima salam, doa dan ucapan selamat dari para tamu undangan.

  1. Ngunduh Penganten (Tilik) Sepasar (lima hari) setelah hari pernikahan besan dari pihak mempelai wanita membawa kedua mempelai berkunjung ke rumah besan dari mempelai pria, kedatangan penganten dengan bapak/ibu besan serta keluarga dekat ini biasanya membawa bekal makanan untuk di serahkan kepada mbok besan sebagai hidangan dalam acara tersebut. Pada kesempatan ini tuan rumah menerima kehadiran kedua mempelai dan besan, mempelai diberikan lagi kain sindur yang diteruskan dengan upacara ngabekten/sungkeman, menunjukkan bahwa mereka berduka adalah orang yang sangat berbakti kepada orang tua. Acara ini menutup seluruh rangkaian panjang pertemuan jodoh & pernikahan.


Irw-
     


      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar