Selasa, 28 September 2010

Filosofi Uang


Filosofi seseorang mengenai uang, berbeda antara satu dengan yang lain-nya ada yang menganggap uang sebagai tujuan dan ada yang menganggap uang tidak lebih
dari alat untuk mencapai tujuan itu sendiri.

    Mbok Rumi sudah meninggalkan peraduanya, pada saat orang masih terlelap bersama mimpi. Sejurus kemudian mbok Rumi bersama rekan seprofesinya sudah berada di mobil pick up menuju pasar induk, sayuran Kramat Jati. Rasa kantuk yang belum lagi beranjak, di tambah lagi dengan udara dingin yang menerpa wajahnya, seiring laju mobil yang dengan luluasa terpacu kecepatanya. Semakin menambah guratan di wajahnya, yang sudah sangat jarang di seka dengan bedak.
     Masih dengan kendaraan yang sama, tiga jam kemudian ia telah tiba kembali, dimuka jalan menuju rumahnya pada saat itupun belum banyak orang yang rela meninggalkan kehangatan selimutnya, namun sayup-sayup terdengar suara yang mengumandangkan adzan subuh. Belum waktunya mbok Rumi untuk beristirahat, kegiatan selanjutnya adalah menyortir belanjaanya, memasukkan kedalam plastic dan menyusun-nya ke atas gerobak sayur. Hingga akhirnya dengan gerobak itu mbok Rumi menyusuri komplek perumahan.
     Ketika matahari mulai menampakkan wajahnya, mulailah mbok Rumi menjual daganganya kepada para pelangganya, pelanggan itu tidak banyak yang datang seperti biasanya karena kemarin adalah Lebaran Haji sehingga banyak dari mereka yang belum beranjak mencari sayuran. Apabila biasanya
dangangan mbok Rumi habis pada jam sebelas, maka hari ini tidak demikian. Ia hendak pulang tetapi di atas gerobak masih ada separuh dagangan sehingga mbok Rumi terpaksa menjajakan daganganya itu menyusuri jalan2 diluar komplek sambil menuju ke rumahnya. Dan ia baru sampai di rumah selepas jam dua siang. Karena hampir tidak pernah sempat untuk memasak, maka mbok Rumi lebih sering membeli makan siang dan makan malamnya dari warteg dekat rumahnya, mbok Rum tidak pernah direpotkan dengan masalah ini, karena ia tinggal seorang diri, anak-anak dan suaminya tinggal di kampung.
     Tidak hanya mbok Rumi yang diperbudak oleh uang, masih terlalu banyak orang seperti itu, mbok Rumi misalnya, mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk dikirimkan ke kampung, sebagai biaya untuk pendidikan ketiga anaknya, hampir tidak ada yang digunakan untuk kepentingan pribadinya, mbok Rum adalah contah seorang yang menganggap uang sebagai tujuan semata, baginya belum pantas menikmati kebahagiaan, kebahagiaan saat ini hanyalah ketika ia bisa mengirimkan uang ke kampung dan anaknya tetap bisa bersekolah, agar mereka mendapatkan pendidikan yang baik, lalu mencari pekerjaan yang baik dan aman. Sekali lagi, ini merupakan pola pikir seseorang yang senantiasa merasa kekurangan.
     Lain halnya dengan Haji Mingun, hasil menabung puluhan tahun dari keuntungan jual beli hewan ternak, ia investasikan ke dalam berbagai kegiatan usaha, sebagian oleh Haji Mingun dijadikan beberapa rumah kontrakan, sebagian lainya ia belikan angkot (angkutan perkotaan red.) Saat ini hampir tidak pernah kakek dari belasan cucu ini keluar jauh dari rumahnya, kecuali di hari Jum’at dimana ia biasa menunaikan sholat jum’at. Kebagian telah dicapai oleh


 
Haji Mingun, saat ini jumlah angkotnya semakin banyak, sedangkan rumah kontrakanya sudah tersebar di beberapa daerah di kampungnya.
     Pertanyaan yang kemudian menggelitik untuk segera di carikan jawaban-nya adalah, Apakah mbok Rumi bisa menjadi seperti Haji Mingun, atau apakah orang-orang seperti Haji Mingun saja yang dapat mengatakan bahwa uang bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai tujuan itu sendiri, yaitu kebahagiaan dunia akhirat. Mungkin jawabanya adalah karena Haji Mingun telah memaksa uang bekerja untuk dirinya, berbeda dengan mbok Rumi yang bekerja untuk uang.
     Sehingga ada orang yang telah menemukan kebebasan finansialnya memberikan tips sederhana, agar nantinya justru uang yang akan bekerja untuk kita, saranya “ jika penghasilanmu katakanlah satu juta rupiah per bulan, maka canangkanlah dalam batin dan benakmu, bahwa anda hanya berpenghasilan delapan ratus ribu rupiah, dengan demikian kelebihanya itu dapat dimanfaatkan sebagai tabungan atau di infestasikan kedalam bentuk usaha yang menguntungkan.”
     Kuncinya terletak pada penyesuaian gaya hidup, dan ingatlah, untuk selalu menekan tingkat kebutuhan anda sehingga lebih rendah dari pendapatan, karena jika tidak maka Anda akan selalu defisit di akhir bulan. Menurut Steve Asikin orang yang tingkat konsumsinya lebih tinggi dari penghasilanya, adalah seseorang yang tiap harinya hanya menghitung hari, dan tidak akan mengalami kemajuan. Tinggal sekarang bagaimana Anda melihat uang dan bagaimana pula dengan tingkat konsumsi yang Anda geluti tiap hari. Jika memang anda perlu perubahan dan perbaikan, lakukan sekarang juga karena semakin terlambat anda menyadari semakin dalam anda terperosok kedalam jurang rutinitas,  yang tidak menghasilkan apa-apa di masa tua anda. Tentunya anda tidak mau digolongkan sebagai ‘Poor Dad’ bukan?


Irw-
Topik ini dikutip dari Majalah Manajemen edisi Juni 2001

1 komentar:

  1. Casino at Mohegan Sun in Uncasville, CT | Mapyro
    A 경기도 출장안마 map showing casino 과천 출장마사지 at mohegan sun in 구리 출장마사지 Uncasville, CT. Check if there is a room 청주 출장마사지 in a room or an activity 군포 출장안마 at this property. Rating: 8.2/10 · ‎1,842 reviews · ‎Price range: $$

    BalasHapus